MANAJEMEN KURIKULUM ASWAJA : Membangun Karakter Peserta Didik Bersumber dari Kearifan Lokal
Detail Produk MANAJEMEN KURIKULUM ASWAJA : Membangun Karakter Peserta Didik Bersumber dari Kearifan Lokal
Judul :MANAJEMEN KURIKULUM ASWAJA : Membangun Karakter Peserta Didik Bersumber dari Kearifan Lokal
Penulis : H. MASDUKI DURYAT, M. Pd.I. dan MUHAMAD FAJRIANSYAH, M. Pd.
Editor :Dra. Hj. Nadiroh Nuryaman, M. Pd.I
Ukuran : 15,5 x 23 cm
Tebal : 242 Halaman
Cover : Soft Cover
SINOPSIS
Buku ini sengaja untuk diterbitkan—yang berangkat dari sebuah penelitian—dengan keprihatinan bersama dengan melihat fenomena moral dan karakter peserta didik, remaja, anak yang masih jauh dari harapan.
Sekedar menyebut contoh; sangat menarik tulisan Diah Ningrum tentang “Kemerosotan Moral di Kalangan Remaja; Sebuah Penelitian mengenai Styles dan Pengajaran Adab”, menurutnya sangat disayangkan dalam proses pencarian jati diri dan menuju pribadi yang mandiri, remaja kita terjebak pada persoalan seks bebas, kekerasan, obat-obatan terlarang dan problem psikologis lainnya. Terjebak pada pola hidup yang makin permisif terhadap hubungan seks pra nikah, hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti pada disertasinya Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat UI menunjukkan bahwa dari 100 orang siswa, 5 di antaranya pernah melakukan hubungan seks pranikah. Survey BKKBN di 33 Provinsi di Indonesia pada tahun 2008 menyebutkan ada sekitar 63% remaja terlibat dalam hubungan seks pranikah dan 21% remaja putri melakukan aborsi.
Data mengejutkan datang dari Dinas Kesehatan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa remaja-remaja di 4 (empat) kota besar; Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya mempunyai teman untuk berhubungan seks sebelum menikah sebesar 35,9%. Para responden dalam data ini juga sudah melakukan hubungan seks pranikah sebesar 6,9%. Komisi Nasional Perlindungan Anak pada bulan Januari-Juni 2010 melakukan survey di kota-kota besar di Indonesia dengan melibatkan 4.500 siswa sekolah pertama dan menengah memperlihatkan ada sekitar 62.75 %siswa perempuan sudah tidak perawan lagi.
Tentu saja fenomena ini sangat menghawatirkan, karena pada pundak remaja inilah harapan kita sematkan sebagai generasi penerus bangsa, dan harapan itu akan memudar apabila remaja kita sudah terjerumus dalam pergaulan bebas dan seks bebas dan bahkan hilangnya karakter, jati diri bangsa yang bermoral.
Dalam konteks Lembaga NU untuk mengantisipasi itu semua, di samping diimplementasikan materi yang bersifat nasional keindonesiaan juga diajarkan muatan local Aswaja. Salah satu konsep dari pemahaman Aswaja—yang kemudian oleh KH. Said Aqiel Siradj harus didekonstruksi pada aspek-aspek tertentu dengan tujuan agar Aswaja tidak berpenampilan eksklusif tapi sebaliknya inklusif—memiliki pemahaman; Tawasuth, tasamuh, tawazun dan amar ma’ruf nahi munkar.